KELARUTAN INTRINSIK OBAT
FARMASI FISIK
Oleh
PRAKTEK G KELOMPOK 5 :
Asy Shahid Abdillah Musa (18123578A)
Asela nonilista puja lestari (18123581A)
Franz June Navirius (18123582A)
Nura Khoiriyah (18123577A)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
SETIA
BUDI
SURAKARTA
2012/2013
I.TUJUAN
Memperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem
kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
II. DASAR
TEORI
Kelarutan
adalah kadar solutedalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukan
bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute dengan solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogen.Suatu larutan dikatakan larutan jenuh
apabila terjadi kesetimbangan antara fase solute dan fase solute dalam larutan
yang bersangkutan.Variabel-variabel yang dapat dipilih untuk penetapan
kelarutan di rumuskan oleh aturan fase Gibbs,yaitu F = C – P +2.
F
= derajat kebebasan (variabel, misal: T, P, C)
C
= Jumlah komponen
P
=Jumlah fase
Kelarutan
dapat di ungkapkan melalui banyak cara antara lain dengan menyatakan jumlah
pelarut (dalam ml) yang di butuhkan untuk setiap gram solute, dengan pendekatan
yang berupa perbandingan. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu di
gambarkan sebagai like disolves like (senyawa atau zat yang
strukturnya menyerupai akan saling melarutkan).
Kelarutan
gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting
out dan reaksi kimia sedangkan perhitungan kelarutan dapat di lakukan
menurut hukum Henry (tetapan α) maupun koefisien absorpsi Bunsen (tetapan α). Kelarutan cairan
dapat digolongkan menjadi dua atas dasar ada tidaknya penyimpangan terhadap
hukum Raoult. Larutan ideal (larutan nyata = real solution) apabila tidak ada penyimpangan terhadap hukum Raoult
dan disebut larutan non ideal apabila ada penyimpangan.
Kelarutan
zat padat dalam (sebagai) larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan
(proses larut), suhu (titik) lebur solute, dan beda entalpi peleburan molar
(∆Hf) solute (yang dianggap sama dengan panas pelarut molar solute). Hubungan
tersebut yang diturunkan dari hukum-hukum termodinamika dirumuskan oleh
Hildenbrand dan scott sebagai berikut :
∆Hf To - T
-Log Xi2 = ————— ( ————
) ............................................ (1)
2,303 R T . To
Xi2
= Kelarutan ideal zat dalam
fraksimol
∆ = Beda entalpi
peleburan
To = Suhu lebur
T = Suhu percobaan
R = Tetapan gas
Untuk larutan non-ideal harus diperhitungkan pula faktor-faktor
aktifitas solut yang koefisiennya sebanding dengan volume ( Molar ) Solute dan
fraksi volume solven, parameter kelarutan (
) yang besarnya sama dengan harga tekanan dalam (Pi) solute dan
interaksi antara solven-solute. Dengan demikian persamaan yang paling sederhana
untuk larutan non-ideal, dinyatakan sebagai kelarutan reguler oleh
Scatchard-Hildebrand sebagai berikut :
∆Hf To – T V2 . Ф21
-Log X2 = ———— (
———— ) + ———— (
)2 ......................(2)
2,303 R To 2,303 RT
III. ALAT
·
Tabung uji
kelarutan
·
Shaking
Thermostaic Waterbath
·
Spektrofotometer
UV-Vis
·
Alat-alat
gelas
IV.
BAHAN
·
Natrium
Asetat
·
Asam
Asetat Glisial
·
Asetosal
·
Aquades
·
Alkohol
V. CARA
KERJA
1. Pembuatan larutan Dapar Asetat PH 4,5 ; 0,05 M 2L
Natrium
Asetat : 5,98 gram
Asam
Asetat Glasial : 3,32 mL
Natrium asetat ditimbang + dilarutkan dengan aquadest +
asam asetat glasial, diaduk dan ditambah aquadest sampai tanda batas.
2. Baku asetosal
Asetosal
ditimbang 30 mg/100 ml
Ditimbang 30 mg asetosal + 5 mL alkohol sampai larut
ditambah buffer asetal, aduk sampai tanda batas dalam 1 L, 100 mL
3. Buat konsentrasi asetosal
4. Masing-masing kelompok menimbang asetosal 50 mg
I. suhu 29o
II.suhu 37o
III.suhu 42o
Baru menggunakan spektro
λ 265 mm
VI. HASIL
PRAKTIKUM
ml
|
Abs
|
|
1
|
0,131
|
19,08
|
2
|
0,186
|
38,16
|
3
|
0,245
|
57,24
|
4
|
0,250
|
76,32
|
5
|
0,317
|
95,40
|
6
|
0,367
|
114,48
|
7
|
0,440
|
133,56
|
Y = a + bx
0,330 =
0,0821 + 2,5475 . 10-3 (x)
0,330 – 0,0821
X = ——————
2,5475 . 10-3
= 97,311 ppm
= 97,311 mg/1000ml
= 0,097311 gram
VII.
PEMBAHASAN
Larutan
merupakan campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Suatu
larutan dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solut dan
fase solven dalam larutan yang bersangkutan (Purba, 2007).
Kelarutan
adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Pada percobaan ini
digunakan beberapa larutan sebagai sampel diantaranya, Natrium
Asetat dalam pelarut asam asetat glasial, alkohol, dan Asam Asetat
Glasial .
Percobaan dilakukan dengan cara berikut :
1. Pembuatan larutan Dapar Asetat PH 4,5 ; 0,05 M 2L
Natrium
Asetat : 5,98 gram
Asam
Asetat Glasial : 3,32 mL
Natrium asetat ditimbang + dilarutkan dengan
aquadest + asam asetat glasial, diaduk dan ditambah aquadest sampai tanda
batas.
2. Baku asetosal
Asetosal
ditimbang 30 mg/100 ml
Ditimbang 30 mg asetosal + 5 mL alkohol sampai
larut ditambah buffer asetal, aduk sampai tanda batas dalam 1 L, 100 mL
3. Buat konsentrasi asetosal
4. Masing-masing kelompok menimbang asetosal 50 mg
I. suhu 29o III.suhu 42o
II.suhu 37o
IV.Baru
menggunakan spektro λ 265 mm
Sehingga kami mendapatkan hasil dalam tabel
dibawah ini dari masing-masing kelompok:
ml
|
Abs
|
|
1
|
0,131
|
19,08
|
2
|
0,186
|
38,16
|
3
|
0,245
|
57,24
|
4
|
0,250
|
76,32
|
5
|
0,317
|
95,40
|
6
|
0,367
|
114,48
|
7
|
0,440
|
133,56
|
Dengan perhitungan dibawah ini :
Y = a + bx
0,330 = 0,0821 + 2,5475 . 10-3 (x)
0,330 – 0,0821
X = ——————
2,5475 . 10-3
= 97,311 ppm
= 97,311 mg/1000ml
= 0,097311 gram
VIII.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang
sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kelarutan
adalah kadar solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukan
bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute dengan solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogen. Suatu
larutan dikatakan larutan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase
solute dan fase solute dalam larutan yang bersangkutan.Variabel-variabel yang
dapat dipilih untuk penetapan kelarutan di rumuskan oleh aturan fase
Gibbs,yaitu F = C – P +2.
F
= derajat kebebasan (variabel, misal: T, P, C)
C
= Jumlah komponen
P =Jumlah fase
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia
yang penting untuk diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula
bahan obat menjadi sediaan. Proses kelarutan zat dipengaruhi oleh polaritas
pelarut yaitu momen dipolnya, dimana pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat
polar dan ionik. Besarnya tetapan dielektrik yang terjadi pada proses kelarutan
dapat diatur dengan penambahan pelarut lain. Faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, temperatur, tekanan, pH larutan, viskositas zat, pengadukan, ukuran
partikel, polimorfisme, sifat permukaan zat dan untuk jumlah yang lebih
kecil bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Untuk zat cair dan zat
padat, tekanan mempunyai efek yang kecil terhadap kelarutan.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum Farmasi Fisik I. Surakarta :
Universitas Setia Budi.
Fiandari Asti. 2011.
http://sweetest-tea.blogspot.com/2012/04/kelarutan-intrinsik-obat.html. 23
Oktober 2012
Kurniawati Mei. 2012 http://meysweb.wordpress.com/2012/05/27/percobaan-1-kelarutan-intrinsik-obat/.
23 Oktober 2012
Nb :
Mohon maaf apabila masih ada terdapat kesalahan, dikarenakan penulis juga sedang dalam tahap pembelajaran !